Selasa, 09 April 2013

YANG TERLUPAKAN , TUHAN KASIHI

"Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah." Wahyu 21:10

Dalam Injil Yohanes 5:1-9, dikisahkan tentang penyembuhan di Kolam Betesda. Dikatakan Yesus berangkat ke Yerusalem dan melewati sebuah Kolam Betesda dengan lima serambinya, di mana di tiap serambi sekitar kolam itu terdapat sejumlah besar orang sakit; orang-orang timpang dan lumpuh yang menantikan keajaiban saat air dalam kolam itu terguncang. Sebab sewaktu-waktu malaikat Tuhan turun ke kolam itu dan menggoncangkan air itu. Siapa pun yang duluan masuk ke dalamnya akan menjadi sembuh, apa pun penyakitnya.

Di sana juga terdapat seorang yang sudah 38 tahun lamanya sakit. Yesus menghampiri orang itu (Yesus tahu orang itu sakit cukup lama) dan bertanya: ”Maukah engkau sembuh?“ jawab orang itu: ”Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang dan sementara aku menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.“ Yesus berkata, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.“ Dan... sembuhlah orang itu.

Persoalan utama dari orang adalah bukan lamanya dia sakit, tetapi lamanya tidak ada orang yang mau membantu menurunkannya ke kolam itu (ayat 7). Bagian inilah yang menunjukkan bentuk kehidupan kita saat ini, kecenderungan orang menjadi sangat individualistik, memikirkan bagaimana diri sendiri menjadi sembuh dengan cara adu cepat, dan otomatis tidak memperhatikan yang lain.

Kehadiran Yesus, bagi orang yang sakit selama 38 tahun adalah penghiburan dan akhir dari masa penantian yang panjang. Namun, berita ini menunjukkan betapa kehadiran Yesus membuat suasana individualistik menjadi berkurang. Kita tak dapat membayangkan bagaimana sikap orang-orang sakit ketika menyaksikan perbuatan Yesus pada rekannya itu. Mungkin saja mereka berharap disembuhkan juga oleh-Nya, sehingga mereka tidak perlu lagi bersaing untuk mendapatkan kesembuhan. Tetapi, bagi Yesus yang paling tak berdaya mendapat kesempatan yang sama untuk dikasihi, untuk disembuhkan.

Ibu Teresa pernah berkata, ”Kita hidup di dunia di mana terang dan kegelapan ada“. Melalui kehidupannya, Ibu Teresa mengundang orang-orang untuk memilih terang. Ibu Teresa membuat kata-kata yang ditulis oleh Santo Agustinus empat abad setelah Kristus, menjadi mudah bagi kita, "Cintailah dan katakanlah melalui hidupmu," karena sampai akhir hidupnya beliau menyatakan cinta-Nya melalui kebersamaannya dengan orang-orang kusta yang sudah tidak memiliki harapan lagi, yang sudah di ambang kematian. Beliau mencoba untuk menenangkan kecemasan mereka.

Ibu Teresa, memberi semangat juga seperti Kristus bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk diperhatikan, dikasihi dan merasakan kuasa kebangkitan Kristus. Di musim panas tahun 1976, bersama dengan kaum muda dari berbagai negara, beliau mengajarkan doa bersama-sama, "O Tuhan, Bapa segala umat manusia, Engkau meminta kami semua untuk membawa kasih ketika kaum papa dihina, rujuk kembali taat kala umat manusia tercerai berai, kegembiraan saat Gereja terguncang. Engkau membuka jalan ini bagi kami sehingga kami boleh menjadi ragi persatuan bagi seluruh keluarga umat manusia."


Kita ingat, ketika bencana besar terjadi di negeri ini, Tsunami di Aceh dan Sumatera Utara, Gempa Bumi di Nias, Yogyakarta, Merapi, busung lapar di NTT, dll. Namun demikian, bagaimana nasib mereka saat ini? Di TV sudah tidak lagi sering, bahkan hampir tidak ada kabar tentang mereka, apakah ini berarti mereka sudah baik-baik saja? Satu-satunya cara mengetahui keadaan mereka adalah dengan cara mendatangi “kantong-kantong” dimana belas kasih pernah ditaburkan...Jangan-jangan mereka adalah orang-orang yang terlupakan oleh kita.

Sebetulnya tidak juga harus melihat jauh orang-orang yang terlupakan dalam hidup ini, karena di sekitar kita masih banyak orang-orang yang perlu kita kasihi sebagaimana Yesus mengasihinya. Bukankah Ia sendiri berkata, "Apapun yang kamu lakukan bagi seseorang yang paling hina, itu kamu lakukan untuk-Ku." Seperti, bagaimana kita telah memperhatikan nasib pembantu rumah tangga, koster gereja, tukang sampah, tukang becak, anak-anak terlantar di jalanan, tuna wisma, orang-orang gila yang berkeliaran, orang-orang dalam penjara, orang-orang jompo, orang-orang muda yang menganggur, dll.

Dalam hal ini kita diajak untuk menemukan orang-orang yang tak berdaya, yang terlupakan untuk ditolong, diberdayakan dan disembuhkan. Kita diajak untuk menghayati sosok Yesus Kristus yang telah bangkit dari kematian yang telah menjadi Tuhan dan Juruselamat manusia. Sebagaimana hal ini dihayati oleh orang-orang seperti Ibu Teresa, menghambat pertumbuhan benih-benih individualistik dalam kehidupan bersama.

Sangatlah berani, berharga, dan ajaibnya ketika kita sebagai pengikut-pengikut Kristus mau berbagi harta, waktu, dan tenaga kita dengan orang-orang yang terlupakan atau miskin, kehilangan pekerjaan, dan harapan mereka, sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan. Dengan demikian, kita memberikan wajah yang lebih manusiawi kepada sesama kita dan memancarkan yang ilahi dalam kehidupan kita. 

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar