"Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.” (Matius 8: 22)
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pada saat ini saya ingin mengajak saudara semua untuk melihat satu per satu syair dari sebuah lagu yang terdapat dalam NKB No. 181, “Tuhan ambil hidupku.”
“Tuhan ambil hidupku dan kuduskan bagimu. Pun waktuku pakailah memujimu slamanya.”
Bait pertama lagu ini mengalir dalam hati Frances R. Havengal, pencipta lagu ini, pada tahun 1874. Frances ini anak seorang Pendeta. Ia seorang anak yang sangat pintar dan juga penyanyi wanita yang sangat berbakat. Namun semua kepintarannya, semua talentanya, seluruh hidupnya, ia serahkan untuk Tuhan.
Dalam bait ke-3 lagunya ini sangat jelas bahwa ia menyatakan tekadnya untuk menguduskan kemampuannya bagi Tuhan. Ia berkata, “Buatlah suaraku hanya mengagungkanMu dan sertakan lidahku jadi saksi injilMu.”
Sebagai seorang penyanyi yang berbakat, sebenarnya ia dapat meraih kemasyuran dan kekayaan. Namun Frances tidak mau hidupnya diperbudak oleh itu semua. Baginya, Tuhan lebih berhak atas seluruh kehidupan dan karirnya.
Saudara, Frances juga sadar bahwa yang ia miliki semuanya harus menjadi alat bagi kemuliaan nama Tuhan di bumi ini. Sebab itu, ia melanjutkan syair lagunya demikian:
“Harta kekayaanku jadi alat bagiMu. Akal budi dan kerja, Tuhan pergunakanlah!”
Ada satu kisah mengenai bait ini. Setelah Frances meninggal, lagunya sering dinyanyikan di gereja-gereja. Di suatu gereja, tidak disebutkan namanya, bait ke-4 ini sering dilewatkan, tidak dinyanyikan. Pada suatu hari, ada seorang anggota jemaat yang protes: “Kenapa warga jemaat dalam kebaktian, Vokal Group dan Paduan Suara tidak mau menyanyikan bait ini. Semestinya kita yang sudah menerima berkat Tuhan juga memberikan berkat Tuhan itu untuk kemuliaan namaNya. Orang sepertinya hanya mau menerima saja, tetapi kalau memberi nanti dulu. Sifat seperti ini tidak ada dalam diri Frances.”
Saudara, apa yang dinyatakan dan dilakukan oleh Frances ini semuanya digerakkan oleh satu dasar atau motivasi saja sebagaimana yang terdapat pada bait ke-5 dan ke-6:
“KehendakMu sajalah dalam aku terjelma. Jadikanlah hatiku tahta kebesaranMu.”
“Limpah ruah kasihku kuserahkan padaMu. Diriku seutuhnya mulikMu selamanya.”
Dari syair-syair lagu ini terlihat dasar Frances dalam berbuat yaitu ia ingin hatinya menjadi tahta kebesaran Tuhan dan pengakuan bahwa dirinya seutuhnya adalah milik Tuhan.
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bukankah hal yang seperti ini yang ingin Yesus katakan kepada mereka yang mau mengikut Dia dalam Matius 8:18-22. Menjadi pengikut Yesus berarti harus menyerahkan seluruh hidup dan segala yang dimiliki untuk kebesaran dan kemuliaan nama Tuhan. Mengikut Tuhan berarti kita harus berada di atas segala kemampuan dan apapun yang kita miliki.
Jangan kita menjadi budak dari pekerjaan dan materi yang kita miliki. Melainkan sebaliknya, pekerjaan, kemampuan/telenta dan harta benda yang kita miliki kita pergunkan untuk hidup dalam mengikut Tuhan.
Di zaman sekarang ini, rasanya penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dengan segenap talenta dan yang harta benda yang kita miliki menjadi sesuatu yang sangat langka. Ada banyak orang yang diperbudak oleh harta bendanya. Sehingga menjadi materialistis dan serakah. Orang lebih suka menerima daripada memberi. Orang lebih suka menikmati daripada membagi apa yang dimiliki untuk kepentingan bersama. Orang umumnya tidak suka menghubungkan kerja dengan imannya. Orang lebih suka mementingkan diri sendiri dan ingin kenikmatan, tidak peduli entah bagaimana cara mendapatkannya.
Kemurahan, berkat dan kasih karunia Tuhan telah kita terima dan setiap saat akan kita terima. Nah, bagaimana tanggapan saudara? Cara kita menanggapi panggilan Tuhan memperlihatkan apakah kita sungguh-sungguh murid Yesus! Apabila kita berpandangan dan berbuat seperti yang dilakukan oleh Frances Harvengal, maka kita ini termasuk orang-orang yang sungguh-sungguh murid Kristus.
Bagaimana dengan diri kita sekarang ini? Apakah kerinduan dan tekad yang ada dalam diri Frances Haverngal itu ada dalam diri kita dalam mengikut Yesus? Mari kita renungkan!
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar