"Tuhan yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu. (1 Samuel 17:37)
Majalah Tempo edisi khusus tokoh pilihan menulis tentang sembilan pahlawan dari tanah bencana. Dan, salah satu tokoh yang ditulis di situ adalah Ferry Imbiri, seorang guru SD Inpres Wasior. Kisah heroiknya dicatat bukan hanya karena ia mengambil keputusan meliburkan anak-anak tatkala melihat air sungai meluap, tiga puluh menit sebelum bencana air bah menimpa Wasior. Akan tetapi, juga keberaniannya mengarungi derasnya air dengan menggandeng tujuh orang di tangannya.
Di dalam Alkitab juga ada seseorang yang memiliki sikap heroik, yaitu Daud. Anak bungsu Isai yang masih sangat muda dan perawakannya belum sebesar atau segagah kakak-kakaknya yang menjadi barisan tentara Saul. Akan tetapi, di tengah ketakutan yang melanda seluruh tentara Israel karena digertak oleh Goliat, Daud memberanikan diri untuk maju melawan sang pahlawan dari negeri Filistin. Daud maju bukan karena ia nekat atau sok berani (apalagi berharap upah atau penghargaan), melainkan ia maju karena tidak terima melihat bangsanya—barisan tentara Allah—diolok-olok sedemikian rupa. Berangkat dari hati yang seperti inilah akhirnya Daud tampil menjadi sosok heroik di Israel.
Seorang yang berjiwa heroik masih terus dibutuhkan hingga saat ini. Seseorang yang menolong orang lain tanpa memedulikan keuntungan apa yang akan ia peroleh. Seseorang yang tidak mengharapkan pujian atas perbuatan baiknya tidak akan memanfaatkan kesempatan untuk keuntungan di tengah kesempitan yang dialami orang lain. Seseorang bangkit menolong yang lain karena hatinya mengasihi Tuhan dan sesama.
Tolonglah orang tanpa pamrih.
Itulah sikap hati PAHLAWAN yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar