Yesus Mati Supaya Manusia Hidup
Submitted by admin on Tue, 03/04/2012 - 11:29
Oleh: Ryo Yusak (Peserta Kelas Diskusi Paskah Maret 2011)
Filipi 2:8; "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia
telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di
kayu salib."
Pengorbanan membawa maksud "merelakan diri untuk
melakukan sesuatu tanpa adanya paksaan”. Dalam rencana Allah untuk
menyelamatkan manusia dari kematian akibat dosa sejak kejatuhan adam
maka satu hal yang sebenarnya tidak terpikir oleh manusia ialah karya
Allah dalam mengaruniakan Anak Tunggal-Nya Yesus Kristus menjadi manusia
untuk menggenapi rencana agung-Nya, yaitu keselamatan.
Logikanya, Allah yang menjadi manusia adalah sesuatu
yang menurunkan derajat/keberadaan-Nya karena manusia adalah ciptaanNya
sendiri dan Allah melepaskan kemuliaan-Nya di surga untuk turun ke
dunia. Ini bermakna Allah berkorban dengan merendahkan diri dan menjadi
seorang manusia melalui kelahiran Anak Tunggal-Nya Yesus Kristus. Bahkan
semasa kelahiran Yesus ke dunia Ia bukan berada di tempat yang serba
mewah, tetapi dilahirkan disebuah tempat yang tidak selayaknya seorang
bayi dilahirkan yaitu di palungan yang kotor dan menjijikkan keadaan
sekitarnya. Pengorbanan Yesus dalam hal ini adalah yesus lahir bukan
seperti seorang raja yang dilahirkan di tempat yang mewah dan serba
berkecukupan. Inilah kasih dan pengorbanan Allah melalui kelahiran anak
tunggal-Nya yang membawa kepada gambaran bahwa kelahiran-Nya di kandang
memberi gambaran bahwa tempat lahirnya terlalu rendah. Dan tempatnya
yang menunjukkan bahwa Allah mengasihi semua manusia sehingga ke
golongan manusia yang terhina sekalipun. Tempat/kandang ini adalah
gambaran kepada orang-orang yang tidak dihormati dan mempunyai taraf
sosial manusia yang rendah.
Seterusnya Yesus memiliki sifat ketaatan kepada
bapanya dimana segala perencanaan Allah walaupun Yesus yang memiliki
nature manusia masih dapat mampu menanggung penderitaan dan taat kepada
Bapa di surga. Ibr 5:8; dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar
menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.
Kerendahan diri Yesus telah memampukan-Nya untuk taat
kepada rencana Allah dalam penyelamatan umat manusia, sehingga rela
disalibkan dan mengalami berbagai macam penderitaan dan penghinaan
sampai menghembuskan nafas-Nya yang terakhir di kayu salib dan
seterusnya menyempurnakan rencana penyelamatan manusia yang kekal. Yoh
10:18; tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku
memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya
dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari
Bapa-Ku."
Mari kita lihat beberapa fakta tentang kematian Tuhan Yesus.
Pertama, kematian Kristus di kayu salib itu nyata.
Banyak orang yang frustrasi dengan menggugat keilahian Yesus lalu mereka
mulai mempersoalkan kematian Yesus. Mereka mengatakan bahwa Yesus itu
sebenarnya tidak mati, melainkan pingsan. Setelah “siuman” Yesus
melarikan diri ke India dan menjadi pertapa di sana. Ada lagi yang
mengatakan bahwa sebelum disalibkan Yesus disembunyikan murid-murid-Nya
dan digantikan orang lain yang mirip dengan-Nya. Jadi yang disalibkan
itu sebenarnya bukan Yesus. Sebenarnya orang-orang ini hanyalah
mengarang cerita untuk menjatuhkan argumentasi para penulis Injil.
Tetapi mereka lupa bahwa penulis Injil itu berdasarkan saksi mata dan
bahkan mereka sendiri ada yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Para saksi inilah yang patut dipercayai daripada para pembual.
Kedua, kematian Yesus bukanlah kecelakaan, tetapi
penggenapan rencana Allah. Kematian Yesus di kayu salib bukanlah
permainan sandiwara untuk membuat ceritanya lebih dramatis. Ini bukanlah
cerita sensasi semata untuk mencari popularitas, tetapi semua adegan di
Golgota adalah murni merupakan penggenapan rencana Allah bagi
keselamatan manusia. Selama beribu-ribu tahun sejak manusia pertama
jatuh di dalam dosa, Allah telah merencanakan keselamatan ini. Bahkan
sejak semula Allah berkata bahwa keturunan manusia ini akan meremukkan
kepala si ular (Kej. 3:15). Yesus itulah yang dimaksud dengan keturunan
ini. Dan Yesus telah menggenapi melalui kebangkitan-Nya dari maut!
Ketiga, kematian Yesus membuka pintu anugerah
lebar-lebar. Terbelahnya tirai yang memisahkan antara ruang suci dengan
ruang maha suci bukanlah sebuah simbol atau kejadian yang kebetulan,
tetapi memang benar bahwa tirai itu sobek! Allah sudah “tidak nyaman”
lagi tinggal sendirian dalam ruang maha suci itu, artinya, Dia mau
berdiam dalam gereja-Nya - umat yang telah dikuduskan dengan darah
Yesus. Dan kita seharusnya menyadari akan kebenaran ini supaya kita
mempunyai kebebasan penuh untuk bersekutu dengan Allah.
Renungan: Kematian Yesus adalah berkat bagi orang
benar. Proses ini harus dilalui terlebih dahulu sebelum Ia dibangkitkan
dan mengalahkan maut. Kiranya iman kita semakin diteguhkan dengan
renungan hari ini. Yesus mati supaya manusia hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar