Kerelaan Untuk Disembuhkan
Submitted by admin on Tue, 29/11/2011 - 13:47
Ada selintas masa dalam hidupku yang mengguratkan
kepedihan mendalam di hatiku. Nyerinya begitu terasa. Dan itu terjadi
lima belas tahun yang silam, ketika dalam waktu yang hampir bersamaan
aku kehilangan dua orang yang sangat kucintai.
Ayahku dan seorang sahabat terbaikku. Aku kehilangan
mereka berdua dengan cara yang berbeda, tapi sama-sama menyakitkan
karena aku tidak bisa merelakan kepergian mereka. Hari-hari pun kulalui
tanpa menyisakan makna yang berarti dan hanya sekedar kujalani. Hingga
saat Natal pun tiba. Kemeriahan di mall-mall dan pesta-pesta Natal
mahasiswa mulai terdengar gaungnya. Tapi aku merasa sendiri di sudut
terpencil. Manakala lagu Natal yang dinyanyikan oleh Jason Donovan
terdengar begitu syahdu, begitu juga dampaknya pada hatiku. Kosong.
Sepi. Sendiri.
Saat itu sungguh kusadari kenyataan, bahwa aku bisa
kesepian di tengah keramaian Natal yang begitu indah. Aku bagaikan orang
asing di tengah teman-temanku yang bercanda-ria. Kesendirian ini begitu
menyiksaku dan membuatku melangkahkan kaki keluar dari keramaian.
Kutapaki jalan dengan wajah tertunduk dan airmata mulai menetes satu
demi satu. Inilah Natalku yang begitu biru. Natalku tanpa orang-orang
yang kukasihi di dekatku. Dan lagu Natal terdengar seperti lonceng
kematian di hatiku.
Kunikmati kesepianku waktu itu. Kukupas maknanya satu
per satu, seiring berlalunya tahun. Betapa hati manusia begitu rentan
dengan rasa kehilangan. Dan ketika kehilangan itu tidak direlakan, maka
semuanya menjadi terasa begitu berat dan menimbulkan penyesalan.
Kesedihan selalu menggantung bersama dengan tetesan embun setiap pagi di
sela-sela rumput. Selalu ada, tapi bukan untuk menyejukkan melainkan
untuk menambah keperihan.
Aku butuh waktu yang begitu lama untuk menyembuhkan
hatiku yang berlumur dengan luka. Sangat lama bahkan. Karena aku
berjuang sendiri. Karena aku mengandalkan kemampuanku sendiri. Dan aku
juga tetap memegang bayang-bayang masa lalu, untuk kemudian kupeluk dan
kutangisi. Kalau sudah begitu, mana mungkin aku sanggup untuk
melepaskannya?
Kesadaran bahwa hidup perlu ditandai dengan sesuatu
yang berarti, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain,
menyadarkanku bahwa sudah saatnya aku melepaskan diri dari segala ikatan
kepedihan di masa lalu. Mungkin saja sebuah kesadaran yang terlambat,
tapi ketika nafas Tuhan menghembus masuk ke hatiku, tidak ada yang
mustahil bagi-Nya. Dan ketika dengan kerelaan yang total, kuserahkan
semua luka-luka dan masa laluku pada Tuhan, untuk Dia ambil dan
sembuhkan, terasa bebanku mulai terangkat dan hatiku mulai merasakan
betapa Tuhan sesungguhnya begitu mencintaiku. Dia tidak pernah ingin
melihat aku menderita, tapi dia menempaku untuk menjadi manusia yang
lebih tegar dan bersandar sepenuhnya pada kuasa-Nya.
Betapa sia-sianya ketika aku melakukan segalanya
dengan usahaku semata. Kupikir aku cukup kuat, tapi ternyata pikiran
manusia justru sering menyesatkan dan mudah jatuh dalam berbagai
perasaan yang melemahkan dan bukannya membangun. Sungguh indah ketika
dalam hidup ini bisa pasrah pada Tuhan dan menerima kehendak-Nya dengan
tulus, sebagai sarana untuk mengasah hidup menjadi lebih berarti.
Semuanya menjadi lebih ringan, apalagi ketika kita menyadari bahwa hidup
sesungguhnya adalah serangkaian perjuangan untuk memenangkan kehendak
Tuhan dalam diri kita. Perjuangan kita untuk lebih mencintai Tuhan lebih
dari segala hal yang begitu mengikat kita di dunia ini.
Lagu Natal Jason Donovan kerap masih terdengar sampai
saat ini, terlebih ketika saat Natal mulai tiba. Aku juga masih ingat
dengan kesedihan yang begitu menyayat saat itu. Tapi kini kukenang
dengan penuh rasa syukur dan takjub. Betapa cinta Tuhan sanggup
mengangkat segala rasa sakit itu dan menggantinya dengan kekuatan dan
ketegaran, ketika aku memang merelakan Tuhan untuk mengobati-Nya.
Kesepian dan kesedihan adalah hal yang wajar ketika
kita merasa ditinggalkan oleh orang-orang yang kita kasihi. Tapi jangan
sampai hal itu membelenggu kita dan mengikat kita pada suatu masa dan
membenamkan kita pada rasa tak berguna. Hidup adalah sebuah bejana yang
mesti kita isi dengan limpahan cinta kita pada-Nya. Bersandarlah
sepenuhnya pada Tuhan, percayalah bahwa Dia sanggup membuat hati kita
menyala kembali oleh terang kasih-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar